Browse what's on my village "Randegan"
Randegan merupakan darah yang sangat istimewa dibandingkan dengan daerah lainnya, khususnya daerah Banjar dan sekitarnya.
Daerah yang dibentuk dari kata "Ngarandeg" ini ternyata ada sejarahnya...
Mau pada tau kan sejarah tentang Randegan, ??? tapi sebelum menceritakan kisah atau sejarah randegan , Saya akan memperkenalkan Keistimewaan atau bisa dikatakan Aset yang ada di Randegan.


 Randegan merupakan daerah perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kawasan yang mengandung banyak keindahan ini ternyata banyak peminat dari uar kota bahkan uar negeri datang ke perkampungan Randegan. Kawasan perbatasan ini biasanya selalu dijadikan tempat santai bagi orang2 yang setiap hari minggu sealu dikunjungi oleh anak2 muda yang berlari pagi. Dengan keindahan kawasan perbatasan masyarakat desa Mekarharja sangat bangga akan kekayaan alam yang ada di kawasan tersebut....



Sungai Citanduy merupakan saah satu Aset terbesar yang dimiliki oleh masyarakat Kota Banjar pada umumnya dan masyarakat randegan pada khususnya.
Masyarakat Randegan memanfaatkan sungai yang membentang luas ini (citanduy) sebagai mata pencaharian seperti :
Memancing ikan, Penggalian pasir, Bahkan masyarakat sekitar sering memanfaatkan sungai ini untuk mencuci baju dsb.                                    
       

                                          
              
Beternak sapi sering dilakukan oleh masyarakat Randegan sebagai rutinitas kesehariaanya untuk mencukupi kebutuhannya.
Keuntungan dari beternak sapi tanpa kita sadari sangatah besar. Kalau kita rajin dalam memelihara sapi tersebut dari mulai mengasih dia makan dan mengurusi kandangnya maka sapi tersebutpun akan sehat dan kalau dijual pasti hasilnya akan membanggakan. Pada saat perayaan idul adha, 4 sapi telah dikurbankan dan sang pemiik sapi pun merasa untung.




 Sawah dapat dikatakan sebagai tempat berjuta kehidupan dan kenikmatan. Tanpa adanya sawah, nasi yang kita makan sehari hari tidak akan mudah di dapat tanpa adanya seorag pahawan yaitu "petani" Kita tak dapat membayangkan bahwa pengorbanan yag dikorbankan oleh para petani ternyata tak sebanding dengan upah yang mereka terima. Ironis memang "Petani yang sehari harinya berkecimpung dalam pertanian ternyata untuk mendapatkan sesuap nasi saja para petani harus bekerja keras hingga jiwa dan raganya terkuras".